Mina Tandang merupakan media informasi seputar kegiatan yang dilakukan oleh para pembudidaya dan para pengolah hasil perikanan di Kabupaten Sumedang yang terwadahi dalam suatu kelompok usaha, sehingga mampu bersaing dengan pelaku bisnis lain.

Apa yang sedang kami lakukan?

Wujudnya bak ikan hias, durinya tak selebat tawes, dagingnya gurih, terlebih yang jenis “ikan lalawak jengkol”.  Tak jelas mengapa ikan ini dipanggil “lalawak”. Pastilah bukan karena bisa melawak. Yang pasti ikan ini mirip tawes. Bedanya, sirip lalawak berwarna merah, demikian halnya mata dan ekornya. Ukuran sisik lebih kecil dibanding tawes dan berwarna cerah. 

Itulah sebabnya lalawak bisa dipelihara sebagai ikan hias. Bisa juga sebagai ikan lauk. Gurih, dan bobot seekornya pun bisa  1 kg atau lebih. Lalawak adalah ikan air tawar. Sungai berarus deras dan berbatu-batu adalah habitat paling nyaman bagi mereka.

Lalawak tidak sepopuler ikan lauk maupun ikan hias walaupun rasa, wujud, dan bobotnya berpotensi pasar. Iin Suhandi, Ketua Kelompok Mina Usaha, mengungkapkan, kebanyakan sungai di daerah Sumedang Jawa Barat juga dihuni lalawak. Apalagi bila sungai-sungai itu masih alami, tanpa limbah industri.   Sungai Cikandang dan Berade misalnya, termasuk hunian nyaman bagi lalawak. Bahkan pada bulan-bulan tertentu  kedua sungai di Kecamatan Buahdua, Sumedang itu terjadi musim ikan berlimpah.

Iin mengatakan, ikan lalawak awalnya hanya dijadikan hobi untuk mengisi kolam. Belum banyak masyarakat yang membudidayakan ikan ini. “Tapi bisa dipastikan orang yang suka menjala dan memancing di sungai punya ikan ini di kolamnya,” kata Iin kepada TROBOS belum lama ini di Sumedang. 

Lelaki dari Cileungsing, Desa Cilangkap, Buahdua Sumedang ini menuturkan, karena belum banyak yang membudidayakan, maka populasi lalawak tak pesat berkembang.  Pemeliharaan yang ada dilakukan secara polikultur dengan ikan tawes, nilem, mas dan gurame. 

“Dicari di pasar pun sangat langka. Ini karena produksi kecil dan pemeliharaannya pun masih sambilan. Hanya masyarakat di daerah tertentu saja yang tahu ikan ini. Makanya, banyak yang mau beli, tapi sayang, ikannya tidak ada,”  ujar Iin Suhandi yang sejak 1975 memelihara lalawak. 

Lalawak Jengkol
Beda sungai, beda jenis ikan lalawaknya, Iin menjelaskan. Paling sedikit terdapat 3 jenis ikan lalawak. Yakni lalawak yang umum diketahui, lalawak jengkol yang berukuran lebih pendek seperti ikan louhan, dan lalawak panjang seperti ikan nilem yang umumnya ada di daerah Slawi Jawa Tengah. 

Ikan ini cocok di daerah dingin dan jarang terkena penyakit. Selain duri lalawak tidak sebanyak duri tawes, rasa dagingnya pun gurih, cocok untuk dipindang, didendeng atau dipepes. “Kalau ada yang panen ikan lalawak di kolam, tengkulak atau warga sekitar biasa beli untuk dipindang dengan takaran 15 - 18 ekor per kg,” ungkapnya.

Lelaki yang hobi menjala ini mengakui, kalau dipelihara di kolam pertumbuhan lalawak lambat. Apalagi dengan pakan yang seadanya. Kalau di kolam memakai konsentrat (pakan pabrikan) butuh waktu 6 - 7 bulan. Tetapi kalau dipelihara di air deras atau di sungai menggunakan keramba, dalam waktu 3 bulan sudah bisa dipanen. “Pernah jala saya menangkap lalawak yang beratnya lebih dari 1 kg. Dari situlah, saya berencana memelihara di air deras. Di sungai. Sekarang sedang disiapkan tempatnya,” Iin.

Pembenihan Lebih Untung
Berdasarkan pengalaman budidaya Iin, usaha pembenihan lebih menguntungkan dibanding pembesaran.  Lalawak konsumsi takaran 15 - 18 ekor per kg hanya dihargai sekitar Rp 20 ribu. Sedangkan kalau menjual benih 1 liter dengan isi sekitar 300 - 400 ekor, bisa mencapai Rp 48 ribu.
 
Untuk menghasilkan benih ukuran 1 cm butuh waktu sekitar 2 bulan dengan keuntungan total sekitar Rp 400 ribu (satu kali panen benih dengan 5 ekor betina dan 20 ekor jantan). “Tidak perlu mengeluarkan biaya pakan karena hanya mengandalkan pakan alami. Cukup hanya mengatur aliran air dan harus sudah selesai panen padi karena benih lalawak bisa ditebar di sawah,” ujarnya. Hal yang sama diakui Dadang Suparna, pemelihara ikan lalawak di Dusun Naringgul, Buahdua Sumedang. “ Kalau jual benih bisa lebih mahal, 1 liter berisi sekitar 300 ekor bisa dijual Rp 25-30 ribu. Sedangkan untuk ukuran konsumsi 1 kg berisi 20 ekor hanya dijual Rp 15 ribu,” ujar Dadang yang mulai pelihara ikan lalawak sejak 1986.

Untuk memijahkan, Iin menjelaskan, diperlukan media kolam tanah dalam keadaan kering dan berbau tanah agar merangsang ikan untuk kawin. Ada pula cara untuk menimbulkan bau tanah perangsang dengan membakar daun kelapa dan bata. Ciri betina yang sudah matang kelamin dan siap menjadi induk adalah semua sisik di tubuhnya kasar, dan badannya terasa lembek. 

Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Edisi Juni 2010
Sekilas tentang Ikan Lalawak

Kegiatan usaha minapadi di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Sumedang Selatan sudah biasa dilakukan, karena memiliki hamparan sawah yang cukup luas dengan didukung oleh sumber air yang mengalir sepanjang tahun.

Kelompok Balandongan merupakan kelompok yang melakukan usaha minapadi.  Luas sawah yang di usahakan untuk kegiatan minapadi sekitar 7 Ha.  Sistem minapadi yang dilakukan yaitu penyelang dan tumpangsari.

Kelompok Balandongan merupakan wadah dari para penggarap sawah milik Yayasan Pangeran Sumedang (YPS). Pola usaha minapadi disesuaikan dengan jadual penanaman padi. Sehingga usaha minapadi bisa dilaksanakan secara bersama-sama berdasarkan jadual yang telah sepakati secara musyawarah.

Antusiasme para anggota kelompok Balandongan dalam melaksanakan usaha minapadi menunjukan bahwa kegiatan minapadi telah dirasakan bermanfaat disamping usaha menanam padi di sawah.

Pola tanam padi di kelompok Balandongan menggunakan sistem legowo, sehingaga mendukung kegiatan usaha minapadi. Sedangkan bentuk dari kemalir disesuaikan dengan bentuk sawah, namun sebagian besar berbentuk menyilang. Sumber benih berasal dari kelompok UPR ikan mas, namun ada beberapa anggota yang sudah terbiasa memijahkan ikan mas.
Kelompok BALANDONGAN

Berawal dari kegiatan penelitian Ibu Nurjanah dosen Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung yang megadakan demonstrasi pengolahan abon lele, maka para ibu rumah tangga masyarakat Dusun Singkup Desa Ciherang Kecamatan Sumedang Selatan termotivasi untuk mengembangkan ilmu yang didapatnya menjadi sumberdaya membuka lapangan pekerjaan.  Selang beberapa hari dari kunjungan lapangan tepatnya pada hari pada hari Minggu tanggal 28 Desember 2009 dibentuklah kelompok pengolahan hasil perikanan di Dusun Singkup Desa Ciherang Kecamatan Sumedang Selatan dengan nama “SARI MANDIRI” yang maksudnya adalah perkumpulan orang yang bertujuan membentuk usaha yang dikelola bersama dengan kegiatan utamanya adalah mengolah makanan khususnya yang berbahan dasar Ikan.

Kelompok SARI MANDIRI berada di wilayah Cadas Pangeran tepatnya di Dusun Singkup Rt 1 Rw 1 Desa Ciherang Kecamatan Sumedang, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat dengan udaranya yang sejuk, hutan yang lebat dan tanah yang subur serta sungai yang deras.  Wilayah Cadas Pangeran memiliki hutan yang lebat dan tanah yang terjal serta sungai yang deras sebenarnya dapat dijadikan obyek wisata yang bersifat positif diantaranya outbound tracking adventure, flying fox, fieldtrip, panjat tebing, perburuan, fun science, wisata kuliner.
Kelompok SARI MANDIRI

Kegiatan usaha minapadi di Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan sudah biasa dilakukan, karena memiliki hamparan sawah yang cukup luas dengan didukung oleh sumber air yang mengalir sepanjang tahun.

Kelompok Simpay Wargi merupakan kelompok yang melakukan usaha minapadi.  Luas sawah yang di usahakan untuk kegiatan minapadi sekitar 8 Ha.  Sistem minapadi yang dilakukan yaitu penyelang dan tumpangsari.
Anggota kelompok Simpay Wargi melibatkan kaum wanita, karena usaha minapadi dapat mendukung perekonomian keluarga.  Sehingga kegiatan minapadi di dapat berjalan dengan cukup baik.

Kelompok Simpay Wargi merupakan wadah dari para penggarap sawah milik Yayasan Pangeran Sumedang (YPS).  Pola usaha minapadi disesuaikan dengan jadual penanaman padi.  Sehingga usaha minapadi bisa dilaksanakan secara bersama-sama berdasarkan jadual yang telah sepakati secara musyawarah.
Antusiasme para anggota kelompok Simpay Wargi dalam melaksanakan usaha minapadi menunjukan bahwa kegiatan minapadi telah dirasakan bermanfaat disamping usaha menanam padi di sawah.

Pola tanam padi di kelompok Simpay Wargi menggunakan sistem legowo dua, sehingaga mendukung kegiatan usaha minapadi.  Sedangkan bentuk dari kemalir disesuaikan dengan bentuk sawah, namun sebagian besar berbentuk menyilang.  Sumber benih berasal dari kelompok UPR ikan mas, namun ada beberapa anggota yang sudah terbiasa memijahkan ikan mas.
Kelompok SIMPAY WARGI

Usaha perikanan budidaya memiliki prospek ekonomi yang sangat cerah karena sampai sekarang kebutuhan akan ikan, baik ikan segar maupun olahan masih belum mencukupi kebutuhan konsumen.  Perkembangan usaha budidaya akan berpengaruh terhadap kemungkinan kesempatan kerja yang dapat meningkatkan peluang kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat.

Kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus dipacu untuk dikembangkan.Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perikanan budidaya adalah ketersediaan benih yang cukup, baik dalam kuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Meskipun dari aspek produksi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi dari sisi kesejahteraan pembudidaya ikan masih harus dicari langkah-langkah terobosan agar kehidupannya dapat diperbaiki. Untuk itu diperlukan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di setiap pelaku usaha budidaya perikanan serta peranan pemerintah sebagai pemacu dan perantara untuk membangkitkan pembudidaya ikan sehingga bisa mengurangi tingkat kemiskinan.

Untuk meningkatkan produktifitas lahan dan menambah pendapatan, maka masyarakat di Dusun Kebon Cau Kelurahan Cipameungpeuk Kecamatan Sumedang Selatan mencoba mencari alternatif usaha yaitu dengan kegiatan usaha minapadi baik secara penyelang maupun tumpangsari. Usaha ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa kegiatan usaha minapadi dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) lahan sawah yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani sekaligus pembudidaya dalam hal ini anggota kelompok Mina Wangi.

Usaha minapadi pada saat ini belum bisa dilaksanakan dengan skala besar. Hal ini terjadi karena akses perbankan belum familiar di antara anggota kelompok. Harapannya disuatu saat akses perbankan sudah tidak asing lagi bagi kelompok Mina Wangi, sehingga bisa meningkatkan skala usaha minapadi yang sudah jelas dirasakan manfaatnya.
Kelompok MINA WANGI

Berawal dari kunjungan lapangan dari Dinas Peternakan dan Perikanan yaitu Ir. Yetty beserta dua orang stafnya ke wilayah Dusun Ciherang, bertemu dengan ketua RW 1 Dusun Singkup dan para pembudidaya ikan lele yang belum tergabung dalam suatu kelompok memperbincangkan tentang kondisi perikanan pada saat itu. Mulai dari prosfektif perikanan khususnya ikan lele hingga upaya dalam peningkatan SDM pembudidaya. Kesimpulan dari kunjungan lapang tersebut yaitu membentuk suatu Kelompok Pembudidaya Perikanan (POKDAKAN).

Selang beberapa hari dari kunjungan lapangan tepatnya pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2007 dibentuklah kelompok pembudidaya di Dusun Singkup. Mulai dari pembentukan sampai dengan pemilihan ketua kelompok secara demokratis yang dihadiri oleh warga masyarakat Dusun Singkup, staf Dinas Peternakan dan Perikanan, para penyuluh yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Dedi Djunaedi, serta dari pihak UPTD Sumedang Kota. Kelompok ini diberi nama “Kelompok Pembudidaya Perikanan KARYA MANDIRI” yang dikukuhkan oleh kepala Desa Ciherang yaitu Bapak Yuseph Nugraha.

Nama KARYA MANDIRI dipilih berdasarkan pengertian bahwa masyarakat atau pengurus dengan anggotanya harus mampu berkreasi atau kreatif tanpa banyak mengandalkan orang lain. Bahkan anggota dan pengurus kelompok harus memiliki sikap untuk siap dibina sehingga mampu berkreasi memberdayakan perekonomian masyarakat khususnya kepala rumah tangga yang masih sangat produktif untuk berusaha sehingga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

Setelah satu bulan dibetuk kelompok KARYA MANDIRI, jumlah anggota mulai bertambah. Kegiatan kelompok dimulai dari usaha yang dikelola oleh bersama yaitu 10 kolam berukuran (5 x 3) meter sampai dengan kolam-kolam yang berada di pekarangan rumah masing-masing sebagai pemanfaatan lahan yang kosong, dengan ukuran kolam mulai dari (2 x 3) meter sampai dengan ukuran (2 x 4) meter yang terbuat dari anyaman bambu dengan pelastik.

Seiring semakin eksisnya kelompok, banyak tamu yang sering datang ke kelompok Karya Mandiri untuk sharing mengenai usaha pembenihan ikan lele. Hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya masyarakat di sekitar Desa Ciherang bahkan di luar desa yang tertarik untuk membudidayakan ikan lele.
Kelompok KARYA MANDIRI



© 2012 Mina Tandang - Media Informasi Pembudidaya dan Pengolah Hasil Perikanan.

Didukung oleh Seputar Perikanan dan Blogger